Yang tidak pernah di ekpose ke publik..........
Kisah ini mengungkap secara jernih, Kenapa alm. Gus Dur
dalam satu wawancara di sebuah TV mengatakan: "Yang ikhlas membela negeri ini adalah
Prabowo!”
Prof. BJ Habibie: "Musuh Prabowo adalah, Fitna dan Dengki yang dituduhkan kepada nya"
Prof. BJ Habibie: "Musuh Prabowo adalah, Fitna dan Dengki yang dituduhkan kepada nya"
8 Oktober 2018
SURABAYA | duta.co – Di tengah masifnya kabar hoaks, Senin
(8/10/2018) jagat media sosial dikagetkan dengan narasi panjang “Air Mata Titiek Soeharto”. Ditulis untuk para pembencinya, dan khusus yang masih punya hati
untuk mengurangi dosa insani. DOSA YANG PALING SULIT DISELESAIKAN karena
menyangkut HAK AZASI,” demikian yang terbaca duta.co, Senin (8/10/2018).
Tulisannya panjang, nyaris 13 ribu karakter. Tetapi, enak
dibaca, bagi yang mau melebur dosa prasangka. “Otak dan hatinya gampang panas
(mendidih red.) melihat negeri ini tersia-siakan,”begitu penggalan ‘Air Mata
Titiek Soeharto’ mengisahkan siapa Prabowo Subianto.
Mampukah kita, yang suka berburuk sangka, membacanya sampai tuntas? Berikut narasi lengkapnya:
Mampukah kita, yang suka berburuk sangka, membacanya sampai tuntas? Berikut narasi lengkapnya:
“AIR MATA TITIEK SOEHARTO”
SEMUA WANITA sama apa yg diharapkan pada calon suaminya,
seorang pria yang dapat menjaga, melindungi dan selalu mendampinginya setiap
saat. Tak peduli apakah wanita itu kalangan jelata maupun kalangan bangsawan.
Bukanlah seorang suami yang kerap berjibaku dengan lumpur, hutan, rawa-rawa,
apalagi bermain dengan kematian.
Hal itu juga berlaku bagi Putri Kesayangan Soeharto, Siti Hediati Hariyadi, Seorang dara keturunan kraton yang selalu berbicara lembut dan jauh dari kehidupan keras dan kasar.
Namun saat cinta datang, Titiek tak bisa mengelak memilih suami seorang prajurit ABRI. Taman Mini Indonesia Indah menjadi saksi, bersatunya dua keluarga, Soeharto dan Soemitro ini. Lalu kemudian, Titiek pun mulai merajut asa rumah tangganya dengan angan indah dan bahagia hingga akhir hayat nanti.
Hal itu juga berlaku bagi Putri Kesayangan Soeharto, Siti Hediati Hariyadi, Seorang dara keturunan kraton yang selalu berbicara lembut dan jauh dari kehidupan keras dan kasar.
Namun saat cinta datang, Titiek tak bisa mengelak memilih suami seorang prajurit ABRI. Taman Mini Indonesia Indah menjadi saksi, bersatunya dua keluarga, Soeharto dan Soemitro ini. Lalu kemudian, Titiek pun mulai merajut asa rumah tangganya dengan angan indah dan bahagia hingga akhir hayat nanti.
Saat itu, keadaan negara berjalan sangat berat. Aksi GPK sangat mengancam stabilitas nasional. Mereka (GPK)
bergerilya dihutan-hutan untuk siap menyerang pasukan ABRI dengan senjata
otomatis. Puluhan tentara RI meregang nyawa dengan tubuh penuh luka peluru.
Pemerintah tak bisa tinggal diam. Banyak pasukan keamanan RI yang telah mereka
bunuh. Prajurit ABRI pun diterjunkan untuk mempertahankan teritorial tumpah
darah ibu pertiwi.
Namun sayangnya, Presiden Soeharto tak tebang pilih saat mengirim prajurit untuk berperang. Bahkan Suami dari putri kesayangannya yang belum menghabiskan masa bulan madu pun turut dikirim ke medan tempur. Sebagai seorang Prajurit, Prabowo selalu siap saat ditugaskan mengabdi pada negara. Namun Tidak dengan Titiek meski akhirnya harus pasrah dengan keadaan.
Saat Prabowo angkat tas, meniggalkan istri yang baru saja ia nikahi untuk bertempur, Titiek menangis, tak menyangka ayahnya begitu tega melepas menantunya mengadu nyawa dimedan pertempuran yang penuh hujan peluru yang kapan-kapan saja siap mengenai tubuhnya. Kenapa bukan yang lain saja? Itu yang ada di benak Titiek.
Seorang prajurit ABRI siapapun dia harus siap membela negara, siap hidup di alam liar, siap mengadu jiwa, dan siap pulang hanya tinggal nama, demikian pesan yang sering didengar Titiek dari sang ayah kandungnya. Titiek sangat mengerti hal itu. Namun tetap saja air mata tetap mengalir, tidak ihklas dan menyangka meski tak dapat mengubah keputusan ayahnya, dan tak dapat mengubah tekad baja Prabowo, dan tak dapat pula mengubah apapun.
Namun sayangnya, Presiden Soeharto tak tebang pilih saat mengirim prajurit untuk berperang. Bahkan Suami dari putri kesayangannya yang belum menghabiskan masa bulan madu pun turut dikirim ke medan tempur. Sebagai seorang Prajurit, Prabowo selalu siap saat ditugaskan mengabdi pada negara. Namun Tidak dengan Titiek meski akhirnya harus pasrah dengan keadaan.
Saat Prabowo angkat tas, meniggalkan istri yang baru saja ia nikahi untuk bertempur, Titiek menangis, tak menyangka ayahnya begitu tega melepas menantunya mengadu nyawa dimedan pertempuran yang penuh hujan peluru yang kapan-kapan saja siap mengenai tubuhnya. Kenapa bukan yang lain saja? Itu yang ada di benak Titiek.
Seorang prajurit ABRI siapapun dia harus siap membela negara, siap hidup di alam liar, siap mengadu jiwa, dan siap pulang hanya tinggal nama, demikian pesan yang sering didengar Titiek dari sang ayah kandungnya. Titiek sangat mengerti hal itu. Namun tetap saja air mata tetap mengalir, tidak ihklas dan menyangka meski tak dapat mengubah keputusan ayahnya, dan tak dapat mengubah tekad baja Prabowo, dan tak dapat pula mengubah apapun.
Beratus-ratus malam putri Soeharto tidur dalam kesendirian
dan selalu dihantui perasaan penuh khawatir
yang mendalam akan nasib suaminya. Meski berada dikamar indah, putri
seorang raja namun batinnya tak pernah terasa tenang dan nyaman, karena
bulir-bulir air mata Titiek tanpa di sadari kembali meleleh dan membasahi
bantal dan guling. Malam-malamnya dlm kesunyian dan cemas ia lalui diatas
pembaringan yang empuk, gizi makanan yang terjamin, pakaian yang elok, sementara
yang ada di pikirannya adalah, apa yang sedang terjadi pada suaminya? Apakah ia
terluka? Ataukah baik-baik saja ? Apakah masih hidup ? atau sudah … ???? Beribu
pertanyaan tak terjawab.
Tak ada makanan yg terasa enak di lidah, tak ada pemandangan yg terlihat indah dimata, tak ada hiburan yang membuat senang hati, yang ada dipikirannya saat itu hanyalah Prabowo, suaminya.
Tak ada makanan yg terasa enak di lidah, tak ada pemandangan yg terlihat indah dimata, tak ada hiburan yang membuat senang hati, yang ada dipikirannya saat itu hanyalah Prabowo, suaminya.
Di tengah malam pekat gulita Titiek sulit memejamkan mata,
pikirannya melayang jauh entah kemana.
Sementara ditempat yg jauh Prabowo bergulat dgn dinginnya cuaca malam, perihnya perut karena lapar, dengan kondisinya letih dan sangat lelah harus tidur di atas rerumputan dan bahkan tanah lumpur alam terbuka.
Tak ada yang bisa dilakukan Titiek kala itu selain hanya merintih didalam doa dan memasrahkan suaminya kepada Allah swt..
Sebagai seorang wanita, Titiek merasa telah diperlakukan tidak adil oleh ayahnya. Lebih dari itu, Titiek bahkan merasa ia sedang dipelakukan tidak adil oleh negaranya. Kenapa rumah tangganya yg baru seumur jagung yang harus dikorbankan?
Kenapa kebahagiaannya yang harus digadaikan untuk negara?
Tidak bisakah seorang Soeharto menukar Prabowo dengan prajurit lain, atau setidaknya memerintahkan suaminya pulang ke rumah barang sejenak ?
“Titek rindu…, Titiek kangen suami…Bapak…,” tangis Titiek di depan Soeharto kala itu. Namun ayahnya, dari dulu, selalu hanya bisa menjawab, “Sabar nduk…, sabar…!!!,”
Ketidakadilan dirasa Titiek tidak hanya sampai disitu, hatinya sedih dan berkecamuk, ingin rasanya menjerit dan berteriak sekeras-kerasnya.
Sebagai seorang wanita, ujian yang dialaminya saat itu begitu berat, apalagi saat itu ia sedang hamil dan mengidam, bayangan gelap akan masa depan nasib janin yg di kandungan nya terus di pelupuk mata. Ia ingin bercerita tetapi tak tahu harus bercerita kepada siapa ?
Ke mana suaminya saat ia ingin bermanja? ke mana suaminya saat dirinya tergolek sakit? Ke mana suaminya saat ia mulai merasakan kehamilan?
Di mana suaminya saat ia mengidam? Di mana Prabowo saat perutnya kerap mengalami kontraksi?
Di mana putra Soemitro itu kala dirinya mulai memasuki masa melahirkan?
Dan di mana pria yang selalu mengaku cinta kepadanya itu saat ia harus merawat dan mengasuh putranya sendirian?
Tanyakan pada Didit si kecil yang selalu menunggu ayahnya pulang di depan pintu.
Tanyakan pada Titiek seperti apa rasa deg-degan takut menjalar ke hati ketika suaminya selalu berada di garis depan pada setiap pertempuran.
Tanyakan juga pada Titiek seberapa tegar dirinya saat mendengar suaminya sempat berhari-hari hilang di tengah pertempuran, dan saat Prabowo ditemukan dalam kondisi pingsan dengan tubuh dipenuhi semut dan ulat. Prabowo selamat setelah nyaris saja tewas.
Sementara ditempat yg jauh Prabowo bergulat dgn dinginnya cuaca malam, perihnya perut karena lapar, dengan kondisinya letih dan sangat lelah harus tidur di atas rerumputan dan bahkan tanah lumpur alam terbuka.
Tak ada yang bisa dilakukan Titiek kala itu selain hanya merintih didalam doa dan memasrahkan suaminya kepada Allah swt..
Sebagai seorang wanita, Titiek merasa telah diperlakukan tidak adil oleh ayahnya. Lebih dari itu, Titiek bahkan merasa ia sedang dipelakukan tidak adil oleh negaranya. Kenapa rumah tangganya yg baru seumur jagung yang harus dikorbankan?
Kenapa kebahagiaannya yang harus digadaikan untuk negara?
Tidak bisakah seorang Soeharto menukar Prabowo dengan prajurit lain, atau setidaknya memerintahkan suaminya pulang ke rumah barang sejenak ?
“Titek rindu…, Titiek kangen suami…Bapak…,” tangis Titiek di depan Soeharto kala itu. Namun ayahnya, dari dulu, selalu hanya bisa menjawab, “Sabar nduk…, sabar…!!!,”
Ketidakadilan dirasa Titiek tidak hanya sampai disitu, hatinya sedih dan berkecamuk, ingin rasanya menjerit dan berteriak sekeras-kerasnya.
Sebagai seorang wanita, ujian yang dialaminya saat itu begitu berat, apalagi saat itu ia sedang hamil dan mengidam, bayangan gelap akan masa depan nasib janin yg di kandungan nya terus di pelupuk mata. Ia ingin bercerita tetapi tak tahu harus bercerita kepada siapa ?
Ke mana suaminya saat ia ingin bermanja? ke mana suaminya saat dirinya tergolek sakit? Ke mana suaminya saat ia mulai merasakan kehamilan?
Di mana suaminya saat ia mengidam? Di mana Prabowo saat perutnya kerap mengalami kontraksi?
Di mana putra Soemitro itu kala dirinya mulai memasuki masa melahirkan?
Dan di mana pria yang selalu mengaku cinta kepadanya itu saat ia harus merawat dan mengasuh putranya sendirian?
Tanyakan pada Didit si kecil yang selalu menunggu ayahnya pulang di depan pintu.
Tanyakan pada Titiek seperti apa rasa deg-degan takut menjalar ke hati ketika suaminya selalu berada di garis depan pada setiap pertempuran.
Tanyakan juga pada Titiek seberapa tegar dirinya saat mendengar suaminya sempat berhari-hari hilang di tengah pertempuran, dan saat Prabowo ditemukan dalam kondisi pingsan dengan tubuh dipenuhi semut dan ulat. Prabowo selamat setelah nyaris saja tewas.
Titiek sulit menjalani kehidupan normal seperti saudari-saudarinya
yang lain.
Ibu Tien Soeharto yg telah dulu pernah mengalami seperti apa yg dialami
putrinya mencoba menghiburnya seraya mengajarkan, bahwa cinta tak selamanya harus di sisi. Cinta tak selamanya selalu
mendampingi. Cinta adalah mengabdi pada negeri. Bahwa cinta adalah pengabdian, dan cinta adalah pengorbanan meski
harus beresiko tinggi dan menyakitkan hati.
Titiek mencoba untuk belajar dari ibu kandungnya itu ttg apa yang disebut dengan kalimat ‘mengabdi pada ibu pertiwi’. Kisah keluarga yang tak memperoleh kasih sayang sempurna dari seorang suami dan ayah, hanya karena membela ideologi bangsa. Kisah suami dan ayah yang lebih memilih tidur di hutan, makan rerumputan dan dedaunan, meminum air sungai dan tetumbuhan, dan lebih memilih tertembak mati di medan tempur dari pada sekedar membelai rambut anak dan istrinya dengan kasih dan cinta
Titiek mencoba untuk belajar dari ibu kandungnya itu ttg apa yang disebut dengan kalimat ‘mengabdi pada ibu pertiwi’. Kisah keluarga yang tak memperoleh kasih sayang sempurna dari seorang suami dan ayah, hanya karena membela ideologi bangsa. Kisah suami dan ayah yang lebih memilih tidur di hutan, makan rerumputan dan dedaunan, meminum air sungai dan tetumbuhan, dan lebih memilih tertembak mati di medan tempur dari pada sekedar membelai rambut anak dan istrinya dengan kasih dan cinta
Saat meledak
peristiwa Mei 1998, Letjen (Purn) Prabowo Subianto tiba-tiba
"dipersalahkan atas kasus yang tidak pernah ia lakukan" Prabowo
Subianto dituduh melakukan serangkaian pelanggaran HAM.
Pada kondisi dilema,
Keluarga Cendana (karena bisikan ke Soeharto orang2 yg mendengki nya) menuduh
dia adalah pengkhianat keluarga cendana, dia harus diusir dan harus ceraikan
mbak titiek.
Sebagai wanita tak ada yang bisa dilakukan Titiek pada masa
itu selain kembali harus menumpahkan air mata. Putri Soeharto ini tak berhenti
menangis. Nampak jalas fitna dan dengki dituduhkan ke suami nya. Intrik politik bagai kisah kendedes.
Suami yang sangat dicinta saat itu tengah berada dalam kondisi terfitnah. Dan ironisnya, keluarga besarnya tidak berpihak pada suaminya.
Suami yang sangat dicinta saat itu tengah berada dalam kondisi terfitnah. Dan ironisnya, keluarga besarnya tidak berpihak pada suaminya.
Posisi Prabowo saat itu sangat tidak menguntungkan. Prabowo
bersama sejumlah petinggi militer dan pasukan nya yg telah mati-matian mempertahankan stabilitas keamanan bangsa, entah
bagaimana ceritanya, justru menjadi sasaran fitnah yg akan menggulingkan
kekuasaan Soeharto, martua nya sendiri. Alasannya, (para pemfitnah) karena Prabowo dekat
dengan sejumlah tokoh reformis macam Amin Rais.
Sementara Titiek tak dapat berbuat banyak. Ia berada dalam
kungkungan sebuah keluarga militerisme
yang notabene hanya tunduk pada satu perintah. Dan Si pemilik perintah adalah
ayahnya sendiri. Tak pernah terbayang seumur hidupnya, perjalanan rumah
tangganya akan berakhir tragis sedemikian rupa. Putranya, Didiet jelas akan
sangat terpukul dengan apa yang terjadi pada ayahnya.
Dan apa yang ditakuti
Titiek menjadi kenyataan. Pada tanggal 20 Mei 1998, Prabowo diusir dari
Cendana….!
Sandiwara dan Intrik
TRAGIS oleh orang orang di luar Cendana bagi Prabowo sedang berlangsung di
negeri ini. hanya sang istri dan si bayi kecil yg mengetahui nya. Pembelaan
yg paling berarti hanyalah kepada Allah SWT.
Prabowo, di mata rekan militer, ia banyak didengki perwira
tinggi karena miliki segudang keajaiban
prestasi dan beraliran putih, bukan hitam. Di mata Soeharto yang tak lain
adalah mertuanya, ia dituduh pengkhianat
karena pro rakyat. Sementara di mata rakyat Prabowo diklaim sebagai kaki tangan
Soeharto. Sedangkan ia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk membela
diri.Prabowo kala itu benar-benar berada dalam kondisi terjepit.
Setelah apa yang ia lakukan selama ini untuk negeri, bangsa dan tanah air.
Setelah apa yang ia perbuat selama hidupnya untuk TNI/militer, dan setelah apa
yang ia korbankan untuk rakyat, kini ia malah dikeroyok beramai-ramai.
Yang tak dapat dipercaya adalah bagaimana sejumlah perwira tinggi dengan tega hati menyebarkan
isu kepada masyarakat bahwa dirinya adalah penanggung jawab dari seluruh
rangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang Mei 1998.
Sungguh, itu adalah pembunuhan karakter yang sangat keji! Tak hanya sampai disitu, dan ini menjadi bukti kejahatan dengki dan fitnah. Prabowo pun di tamatkan karirnya pada 25 Mei 1998.
Sungguh, itu adalah pembunuhan karakter yang sangat keji! Tak hanya sampai disitu, dan ini menjadi bukti kejahatan dengki dan fitnah. Prabowo pun di tamatkan karirnya pada 25 Mei 1998.
Prabowo yang selama ini sudah mengorbankan seluruh jiwa dan
raganya untuk bangsa Indonesia, tiba2 harus mengalami ujian yang sangat-sangat
pahit secara bertubi2. Sedemikian lembut dan masifnya design dengki dan fitna
itu menghancurkan dirinya nya. (Sekali lagi, hanya Titiek dan si bayi yg
mengetahui, kebenaran jati diri suami nya. Intrik dan fitna itu diadukan kpd
Allah...) bayangkan! Dalam waktu hampir bersamaan, seusai tugas: Dicopot seragam militer yg selama ini
menjadi kebanggaannya, dipisahkan dari anak dan istrinya yg selama ini sangat
disayanginya, di tuduh dan di usir dari keluarga besar Cendana-di anggap pro
rakyat, dipojokkan oleh bangsanya yg selama ini sudah dibelanya. Posisinya kala
itu benar2 hancur.
Sebagai seorang istri, Titiek Soeharto tetap tegar, ia tau saat itu suaminya hanya sebagai korban fitnah, tapi tak bisa berbuat banyak…. lagi2 hanya air mata yg menjadi luapan perasaannya kala itu.
Dengan keikhlasan dibawah tekanan keluarga militer mbak titiek tidak punya pilihan selain harus pasrah dengan keadaan, harus rela melepas laki2 yg selama ini sangat dicintainya.
Sebagai seorang istri, Titiek Soeharto tetap tegar, ia tau saat itu suaminya hanya sebagai korban fitnah, tapi tak bisa berbuat banyak…. lagi2 hanya air mata yg menjadi luapan perasaannya kala itu.
Dengan keikhlasan dibawah tekanan keluarga militer mbak titiek tidak punya pilihan selain harus pasrah dengan keadaan, harus rela melepas laki2 yg selama ini sangat dicintainya.
Kabar duka itu terdengar oleh seorang sahabat prabowo yang
berada jauh dinegeri padang pasir sana, putra mahkota Yordania, Pangeran
Abdullah. Ia mengajak Prabowo tinggal di negaranya. Bagi Pangeran Abdullah, A
friend in need is a friend indeed, teman sejati ketika kesulitan
Tidak ada pilihan lain bagi Prabowo selain harus menerima tawaran temannya itu, karena negara ini seperti sudah tidak menginginkannya lagi.
Dengan langkah berat pada bulan september 1998 ia terbang ke Amman, Yordania.
Tidak ada pilihan lain bagi Prabowo selain harus menerima tawaran temannya itu, karena negara ini seperti sudah tidak menginginkannya lagi.
Dengan langkah berat pada bulan september 1998 ia terbang ke Amman, Yordania.
Di Yordania Prabowo diperlakukan sangat spesial, karena
temannya Pangeran Abdullah merupakan Putra Mahkota dari Raja Yordania. Namun
Prabowo menolak untuk dispesialkan, ia memilih diperlakukan biasa saja, hidup
sederhana dan bepergian dengan taksi.
Di Negara ini Prabowo mulai membangun lagi dirinya yang sudah jatuh ke titik terdalam. Hal-hal berat yg telah menimpanya perlahan ia lupakan.
Prabowo di Amman belajar bisnis, belajar bahasa Arab, dan dihargai oleh pangeran-pangeran Arab.
Di Negara ini Prabowo mulai membangun lagi dirinya yang sudah jatuh ke titik terdalam. Hal-hal berat yg telah menimpanya perlahan ia lupakan.
Prabowo di Amman belajar bisnis, belajar bahasa Arab, dan dihargai oleh pangeran-pangeran Arab.
Pangeran Abdullah begitu senang terhadap Prabowo, sehingga
Prabowo mendapat tawaran status kewarganegaraan. Tak hanya itu Prabowo juga ditawarkan jabatan
menjadi penasihat militer Yordania. Akan tetapi tawaran itu ditolak oleh
Prabowo.
Prabowo menyatakan bahwa dia adalah Warga Negara Indonesia dan tidak akan pernah berubah.
Prabowo juga membangun bisnis bersama adiknya yang telah lama menggeluti dunia bisnis, Hashim Djojohadikusumo.
Prabowo menyatakan bahwa dia adalah Warga Negara Indonesia dan tidak akan pernah berubah.
Prabowo juga membangun bisnis bersama adiknya yang telah lama menggeluti dunia bisnis, Hashim Djojohadikusumo.
Berkali2 Prabowo
ingin kembali ke Indonesia namun beberapa temannya melarang karena rentetan
fitnah masih berseliweran. Semua terus diarahkan ke Prabowo.
Perlahan tapi Pasti, Prabowo yang sudah jatuh ketingkat
terbawah perlahan bangkit, bangkit dan bangkit, dan kembali ke tanah air yang
sangat dicintainya.
Walau pernah terjatuh, Prabowo terus bangkit utk terus berjuang bagi bangsanya
Walau pernah terjatuh, Prabowo terus bangkit utk terus berjuang bagi bangsanya
Walau pernah difitnah, disingkirkan, disudutkan tetapi
semangat patriot bagi bangsanya tak pernah pudar.
Seakan melupakan penderitaan yg telah dialaminya, Ia terus berjuang untuk bangsanya, ia tidak pernah dendam, marah dan sakit hati terhadap pihak2 yg selama ini memusuhinya.
Secara pribadi Prabowo sdh kaya raya, punya usaha dimana2, punya sahabat dan teman para Raja, capek2 mau jadi Presiden Indonesia?
Bayangkan usaha Prabowo utk jadi Presiden. Kini dia terpaksa berhadapan dgn semua para jendral musuhnya yg bersatu melawan dia. Ga peduli. Maju terus....!
Walaupun seribu kali di hadang, di fitnah, di hina, di bully, gak peduli, maju terus.
Seakan melupakan penderitaan yg telah dialaminya, Ia terus berjuang untuk bangsanya, ia tidak pernah dendam, marah dan sakit hati terhadap pihak2 yg selama ini memusuhinya.
Secara pribadi Prabowo sdh kaya raya, punya usaha dimana2, punya sahabat dan teman para Raja, capek2 mau jadi Presiden Indonesia?
Bayangkan usaha Prabowo utk jadi Presiden. Kini dia terpaksa berhadapan dgn semua para jendral musuhnya yg bersatu melawan dia. Ga peduli. Maju terus....!
Walaupun seribu kali di hadang, di fitnah, di hina, di bully, gak peduli, maju terus.
Ketika ditanya kenapa Prabowo ngotot jd Presiden ? Jawabnya
tegas. "Mau Wujudkan Indonesia
Raya. Otak & hatinya panas melihat RI tersia2kan".
Konteks “Mewujudkan Indonesia Raya” itu benar2 menakutkan bagi Musuh2 negara
Karena semua orang tau karakter Prabowo itu keras, satu kata dan perbuatan, jejak rekam sbg komandan Kopasus membuktikan! konsekwen, tekad baja, tidak bisa disetir, jiwa Patriotnya untuk NKRI total.
Konteks “Mewujudkan Indonesia Raya” itu benar2 menakutkan bagi Musuh2 negara
Karena semua orang tau karakter Prabowo itu keras, satu kata dan perbuatan, jejak rekam sbg komandan Kopasus membuktikan! konsekwen, tekad baja, tidak bisa disetir, jiwa Patriotnya untuk NKRI total.
Kini ia kembali maju menjadi calon Presiden. Orang2 kembali
bertanya, jika Prabowo jadi presiden siapa ibu negaranya ?
Secara tegas jawabannya : TITIEK SOEHARTO !!!
Secara tegas jawabannya : TITIEK SOEHARTO !!!
"Tanda2 cinta
sejati Prabowo dan Titiek itu nyata…"
Dari mata Titiek Soeharto cinta utk Pak Prabowo itu masih ada, begitu pula dimata Pak Prabowo.. hal itu sesuatu yg tak bisa dibohongi
Dari mata Titiek Soeharto cinta utk Pak Prabowo itu masih ada, begitu pula dimata Pak Prabowo.. hal itu sesuatu yg tak bisa dibohongi
Cinta sejati mereka tak pernah terpisah karena jarak. tak
pernah berubah karena waktu, dan tak akan hilang hanya karena ujian…
Mbak Titiek adalah Cinta pertama, cinta terakhir, sekaligus cinta sejati Prabowo.
Prabowo tidak pernah dekat dengan perempuan manapun sejak pisah, begitu Pula Titiek.
"Cinta Mereka Abadi".
Tulisan lain tentang PRABOWO, klik disini
Mbak Titiek adalah Cinta pertama, cinta terakhir, sekaligus cinta sejati Prabowo.
Prabowo tidak pernah dekat dengan perempuan manapun sejak pisah, begitu Pula Titiek.
"Cinta Mereka Abadi".
Tulisan lain tentang PRABOWO, klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kasih komen yah...